TEMPO.CO, Jakarta - Keagungan Great Mosque of Aleppo tak terbantahkan. Bangunan yang berdiri sejak abad pertengahan itu, pada April 2013, mengalami kondisi yang memprihantinkan.
Menukil Atlas Obscura, pada hari musim semi yang cerah, tiba-tiba menara masjid roboh dan 2.000 batu penyusunnya berserakan. Dentumannya melintasi Old Quarter, bahkan mengalahkan suara tembakan artileri dan rentetan suara tembakan.
Great Mosque of Aleppo atau Masjid Agung Aleppo telah berdiri sejak abad ke-12 sebagai simbol kota. Jauh sebelum menjadi masjid agung, sudah ada bangunan masjid yang yang bahkan lebih tua dari Kekhalifahan Umayyah. Masjid Agung Aleppo telah selamat dari berbagai bencana seperti perang, kebakaran, dan gempa bumi.
Sepanjang satu milenium, masjid itu tak pernah absen mengumandangkan azan lima kali sehari – meski perang saudara berkecamuk. UNESCO meminta semua pihak yang bertikai agar tak menghancurkan masjid yang berhalaman tanah lapang 1 hektare itu.
Reruntuhan bangunan mengelilingi kompleks Masjid Umayyad di Aleppo, Suriah, 13 Desember 2016. Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di dunia. REUTERS/Omar Sanadiki
Nah, sampai di situ dua pihak yang bertempur saling tuding. Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad mengklaim bahwa pejuang dari kelompok Jabhat al-Nusra, yang terkait dengan al-Qaeda, telah meledakkan bahan peledak di dalam menara. Sementara Jabhat al-Nusra mengklaim, tentara Suriah menembak menara itu dengan tank.
Saat ini, 2.000-an batu dari menara masjid berserakan menutupi pelataran, yang berhias hamparan paving geometris hitam, putih, dan kuning yang luas. Hilangnya menara adalah pukulan bagi warisan UNESCO — dan hanya berselang dua tahun sebelumnya, kuil-kuil Palmyra dirusak dan dijarah ISIS. Namun di tengah-tengah semua puing-puing, sekelompok warga Suriah berusaha mengembalikan Masjid Agung.
Seorang insinyur sipil bernama Tamim Kasmo, 73, telah bergabung dengan tim arsitek dan insinyur, tukang batu dan pekerja kayu yang ingin membangun kembali Masjid. Dengan setia, mereka merekonstruksi karya arsitektur itu. Kasmo terpanggil, karena sejak muda ia adalah tim arsitek yang membantu merestorasi Masjid Agung.
Masjid Aleppo pada 2009 sebelum pecah perang sipil. Masjid ini bukan sekadar tempat badah, namun ruang bagi seluruh warga Aleppo untuk bermasyarakat. Foto: Jon Arnold Images/Alamy
"Seorang ahli mungkin menemukan perbedaan antara yang lama dan yang baru, tetapi masyarakat umum tidak boleh," kata Kasmo, saat dia berjalan di antara reruntuhan.